Masalah Crimea terus memanas setelah terjadinya
pergantian kekuasaan di Ukraina. Wilayah yang mendapatkan otonomi khusus dari
Ukraina ini, mendesak untuk melepaskan diri dan bergabung dengan Rusia melalui
referendum Minggu, 16 Maret 2014. Setelah Rusia secara resmi mengeluarkan
dekrit pengakuan atas kedaulatan Crimea, pihak Ukraina langsung bereaksi.
Ukraina pun menolak untuk menarik pasukannya dari wilayah Crimea dan siap untuk
berperang.
Namun Ukraina tidak akan mengakui hasil referendum
tersebut karena hanya dilakukan di Crimea, bukan di seluruh Ukraina. Selain itu
mereka mengecam Rusia yang melakukan intervensi militer ke wilayah Ukraina.
"Crimea akan dan selalu menjadi bagian dari
wilayah kami," ujar Menteri Pertahanan Ukraina Ihor Tenyukh, seperti
dikutip Reuters, Selasa (18/3/2014).
Mantan juara tinju dunia dan pemimpin Aliansi
Demokratik Ukraina untuk Reformasi Vitali Klitschko justru memiliki pandangan
keras terkait kondisi yang dialami negaranya.
"Pasukan Ukraina akan tetap berada di basis
mereka (di Crimea) bahkan setelah 21 Maret, sebagai tenggat waktu perjanjian
damai antara Rusia dan Ukraina," tutur Klitschko.
Sebagai bagian dari perjanjian damai yang disepakati
16 Maret 2014 lalu, Kementerian Dalam Negeri Rusia mengizinkan prajurit Ukraina
melintas dengan bebas keluar masuk basis militer mereka. Sebelumnya pasukan
Rusia sudah mengepung pasukan Ukraina selama dua pekan.
Ketika ditanya apakah pasukan Ukraina akan melakukan
perlawanan, Menhan Tenyukh memberikan jawaban dengan tegas. "Angkatan
bersenjata kami akan melakukan tugasnya. Pasukan Ukraina akan tetap bertahan di
Crimea hingga tugas mereka selesai," tegas Tenyukh.
Sementara Presiden Ukraina Oleksandr Turchynov
menjelaskan pihaknya akan berbuat apapun untuk mencegah perang. Tetapi dirinya
menyadari bahwa ancaman perang sudah nyata dan terus memperkuat kemampuan
pertahanan, demi mempertahankan wilayah Ukraina.
editor : lisa saputri
sumber : okezone
Advertisement